Krisis COVID-19 telah berdampak besar pada usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) di berbagai negara Asia, yang membuat sektor usaha ini
sangat rentan setelah pandemi global. Pandemi memberikan dampak
signifikan ke hampir seluruh sektor perekonomian di Indonesia, termasuk
UMKM yang merupakan 99,9% dari seluruh entitas bisnis yang beroperasi di
Indonesia dan menyerap 97% tenaga kerja di tanah air.
Berdasarkan
catatan Kementerian KUKM pada tahun 2019 atau sebelum krisis jumlah
UMKM mencapai 64,7 juta. Tapi angka tersebut menurun drastis menjadi 34
juta unit saja pada tahun 2020. Sebagian besar UMKM tersebut gulung
tikar karena tidak memiliki ketahanan finansial, akses ke teknologi,
pengetahuan teknologi, dan kemampuan untuk melakukan perubahan
operasional untuk mensiasati realitas baru (krisis pandemi).
Meskipun banyak yang mengakui bahwa COVID-19 telah mendorong proses digitalisasi, masih banyak tantangan yang dihadapi UMKM.
Dalam
upaya yang tergesa-gesa dalam mengalihkan operasinya menjadi online,
banyak pelaku bisnis berisiko kehilangan tujuan transformasi yang
sebenarnya, dan tidak memiliki roadmap (peta jalan) yang jelas untuk
rencana digital mereka. Organisasi perlu memahami bahwa transformasi
adalah perjalanan yang harus diterapkan di seluruh bisnis.
Meskipun
teknologi merupakan pendorong utama, hal ini bukanlah terkait adopsi
perangkat digital demi proses digitalisasi saja. Sebaliknya, ini
berkaitan dengan fokus pada solusi yang secara efektif akan memposisikan
bisnis untuk berkembang di era baru.
Dalam menghadapi pandemi
global yang telah menutup banyak sektor usaha kecil, langkah digital
strategis ini tidak hanya penting bagi bisnis untuk bertahan saat ini -
tapi juga dapat menjadi diferensiasi penting dalam memastikan
kesinambungan usaha.
Jalan menuju pemulihan dimulai dengan
kelincahan UMKM sebenarnya mungkin menjadi yang paling siap untuk
memimpin jalan ke depan dalam kemampuan digital, memiliki banyak atribut
yang memberi mereka keunggulan alami saat menghadapi tantangan ke
depan.
1. Kelincahan
Ukuran UMKM yang
'sedang' adalah salah satu kekuatan besarnya. Siapa pun memahami bahwa
nyamuk kecil pun bisa mendatangkan malapetaka (wabah malaria) - hal yang
sama berlaku dalam lanskap bisnis yang penuh dengan gangguan. UMKM bisa
sangat gesit, cekatan, dan 'terbang di bawah radar' saat mereka
berkompetisi dengan para pemimpin pasar dengan peluncuran dan penawaran
produk dengan target terarah, yang disesuaikan untuk memenuhi permintaan
konsumen yang berubah dan tren yang muncul di pasar. Selain itu, dengan
tidak adanya birokrasi perusahaan yang berbelit, siklus persetujuan
yang panjang, dan proses pengambilan keputusan multi-level menunjukkan
bahwa UMKM dapat merilis produk atau penawaran barunya dengan kecepatan
tinggi, beralih ke produk atau pasar baru dengan lebih mudah
dibandingkan perusahaan multinasional yang besar (MNC).
Sebaliknya,
UMKM perlu waspada dan tidak perlu langsung merespon spontan (latah)
sehingga mengabaikan riset uji tuntas (due-diligence). Lagi pula,
berpindah-pindah di antara banyak prioritas yang berubah dapat
mengalihkan perhatian dan melemahkan fokus strategis perusahaan. Untuk
itu, UMKM bisa mempercepat pengambilan keputusan cerdas dengan
berinvestasi dalam perangkat lunak (software) analitik, yang
memanfaatkan ilmu prediktif untuk menghasilkan wawasan (insight) yang
berbasiskan data, yang dapat membantu UMKM merumuskan keputusan cerdas
yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
2. Inovasi
UMKM
cenderung menjadi pemecah masalah yang kreatif, dengan ide-ide
inovatif, solusi, dan konsep game-changing sebagai inti bisnis mereka.
Dan ketika 'terpojok' di pasar atau didorong untuk mengubah industri,
produk, atau proses, UMKM bisa menjadi agen perubahan yang tangguh,
tidak takut mengambil risiko, dan mencoba terobosan baru.
Masa
krisis biasanya juga menghadirkan peluang baru untuk pertumbuhan, dengan
syarat pelaku bisnis jeli untuk memanfaatkannya. UMKM perlu
memanfaatkan adanya penurunan untuk beralih dan menemukan pola kerja
baru, solusi baru, merampingkan alur kerja, membuat produk baru, dan
menyempurnakan produk yang sudah ada. Solusi perangkat lunak, seperti
Product Lifecycle Management (PLM), dapat membantu mengelola inovasi
yang cepat dan pengembangan produk di arena ini, sementara hibah dan
solusi pemerintah memberdayakan UMKM untuk memanfaatkan skema dan
inisiatif pembiayaan dalam melakukan perubahan ini.
3. Sadar Digital
UMKM
saat ini sudah mempunyai kesadaran digital untuk memanfaatkan teknologi
transformatif demi kepentingan bisnis mereka. Baik itu startup baru
atau perusahaan besar, UMKM tidak lagi asing dengan istilah, seperti
Internet of Things (IoT), otomatisasi, Artificial Intelligence (AI) dan
Machine Learning (ML).
Untuk meringankan dampak pandemi bagi
warga dan pelaku usaha, pemerintah Indonesia sejak tahun lalu juga sudah
menggulirkan berbagai program, diantaranya bansos (bantuan sosial), BLT
dana desa, Kartu Pra Kerja hingga BLT usaha mikro kecil. Program
terakhir yang ditujukan bagi UMKM ini diharapkan bisa mempercepat
transformasi digital, misalnya terhubung dengan marketplace agar bisa
bertahan dan tumbuh selama pandemi. Dengan merangkul e-commerce dan
mengadopsi perangkat digital, UMKM juga dapat berkomunikasi dengan
pemangku kepentingan (stakeholder), bekerja secara kolaboratif dan jarak
jauh, serta mengoptimalkan dan merampingkan alur kerja mereka.
Selain
meningkatkan produktivitas, teknologi juga dapat menjadi pendorong
utama dalam memberdayakan UMKM untuk memenuhi permintaan pelanggan yang
terus meningkat dengan lebih cepat, dan lebih konsisten. Pelanggan saat
ini mengharapkan produk dan layanan berkualitas tinggi, dengan tingkat
kenyamanan dan detail yang sama yang biasanya ditawarkan oleh pengecer
dan bisnis besar. Jadi, untuk memenuhi permintaan pelanggan, UMKM perlu
memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan produk yang sangat personal,
dan menawarkan perangkat manajemen rantai pasokan yang menyediakan
produk yang tepat di tempat yang tepat, serta ilmu penetapan harga yang
dinamis agar tetap relevan dalam ekonomi yang sangat dinamis saat ini.
Ukuran
UMKM yang 'sedang' juga berarti bahwa mereka dapat dengan mudah
mengadopsi berbagai teknologi di seluruh operasi mereka dan merombak
sistem lama - tanpa waktu tunggu dan iterasi yang lama - untuk akhirnya
menuai hasil investasi mereka lebih cepat.
Bertentangan dengan
apa yang diyakini banyak orang, UMKM memiliki banyak ciri yang
memposisikan mereka untuk terus melangkah (bertahan) di tengah
ketidakpastian saat ini, dan dapat bersiap untuk tetap sukses di tengah
situasi ekonomi digital yang bergerak cepat. Untungnya, perangkat lunak
modern berfungsi untuk memperkuat hal tersebut dengan sistem yang mudah
dikonfigurasi dan diskalakan sehingga memungkinkan UMKM bisa menjaga
kelincahan mereka, sambil menyediakan wawasan cerdas berbasis data yang
dapat menginformasikan peluang bisnis untuk pertumbuhannya.
Lebih
banyak UMKM sekarang menyadari bahwa teknologi akan terus menjadi
sangat diperlukan di dunia digital saat ini - pertanyaannya adalah,
apakah yang mereka lakukan setelah mengetahui hal ini?